Gudang Informasi

Kurikulum 2013 Tidak Diganti Hanya Diperbaiki

Kurikulum 2013 Tidak Diganti Hanya Diperbaiki
Kurikulum 2013 Tidak Diganti Hanya Diperbaiki
 yang kini yang telah berjalan dievaluasi dulu Kurikulum 2013 Tidak Diganti Hanya Diperbaiki
Kurikulum 2013 yang kini yang telah berjalan dievaluasi dulu, dicari kekurangannya kemudian diperbaiki (ilustrasi via tribunnews)
Tidak ingin ada anggapan setiap ganti menteri pendidikan maka kurikulum juga diganti, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyatakan tidak akan mengganti Kurikulum 2013 yang telah dijalankan menteri sebelumnya (Mohammad Nuh).

Dilansir dari Republika (21/11/2014), berdasarkan Anies tidak perlu ada penggantian atau peniadaan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang kini yang telah berjalan dievaluasi dulu, dicari kekurangannya kemudian diperbaiki kekurangannya biar lebih sempurna.

Dalam mengevaluasi implementasi Kurikulum 2013 yang menuai pro kontra itu, Anies meminta masukan dari semua masyarakat peduli pendidikan. Semua bunyi dan aspirasi siswa yang melaksanakan kurikulum juga akan ditampung dan dijadikan materi pertimbangan.

"Aspirasi dari siswa dan hasil pentauan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah dipakai sebagai materi kajian konsep untuk menyempurnakan kurikulum ini. Saya juga menciptakan tim independen untuk melaksanakan pengkajian Kurikulum 2013," kata Anies.

Sebelumnya diberitakan, Retno Listyarti seorang guru yang diajak rapat perdana revisi Kurikulum 2013 bersama Kemendikbud meminta penghentikan sementara (moratorium) implementasi Kurikulum 2013. Moratorium itu digulirkan selama Kemendikbud merevisi Kurikulum 2013 hingga tuntas.

Dinilai setengah matang dan dipaksakan dijalankan di seluruh Indonesia, selama era moratorium implementasi Kurikulum 2013, pembelajaran disarankan kembali ke Kurikulum 2006 atau lebih dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Selain distribusi buku asuh Kurikulum 2013 yang tidak 'beres', soal sistem penilaian banyak dikeluhkan guru. Banyak guru yang kesulitan menjalankan penilaian Kurikulum 2013 yang berbasis diskripsi.

Menurut Anies menyerupai dilansir dari JPNN (21/11/2014), sistem ini gampang dijalankan di Eropa. Sebab jumlah siswa dalam satu kelas hanya 20 anak dan gurunya ada 2-3 orang. Tetapi di Indonesia, seorang guru mengajar hingga 40 siswa.
Advertisement