Kepemimpinan Dalam Pandangan Islam- Islam beranggapan bahwa kepemimpinan yakni satu hal yang mutlak dalam kehidupan. Di dalam kehidupan rumah tangga perlu kepala, sholat berjamaah perlu imam, bahkan perjalanan yang dilakukan oleh tiga orang muslim perlu pemimpin perjalanan. Di dalam Islam, pemimpin kadangkala disebut imam tapi juga khalifah. Artinya ia menjadi orang terdepan dalam memberi pola sekaligus juga pemberi motivasi dan pendorong dari belakang barisan.
Hakikat kepemimpinan dalam Islam yakni Tanggung Jawab, Bukan Keistimewaan. Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu forum atau institusi, maka ia harus bisa mempertanggungjawabkannya kepada insan dan Allah Swt. Karena kepemimpinan itu tanggung jawab atau amanah yang dihentikan disalahgunakan, maka pertanggungjawaban menjadi suatu kepastian, Rasulullah Saw bersabda: Setiap kau yakni pemimpin dan setiap kau akan dimintai pertanggungjawaban wacana kepemimpinan kau (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan banyak sekali akomodasi duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menawarkan pengorbanan, apalagi saat masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme. Pemimpin yakni pelayan bagi orang yang dipimpinnya, alasannya yakni itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapat kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum yakni pelayan mereka (HR. Abu Na’im).
Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak mempunyai perilaku terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menawarkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan.
Implementasi
Indonesia yakni negara yang menurut kepada keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sejatinya mengimplementasikan fatwa agama dalam setiap sendi kehidupan berbangsa. Dari dua agama yang diakui konstitusi, kita mendapat nilai-nilai dasar kepemimpinan, bila hal tersebut sanggup dimanifestasikan dengan tepat akan menghasilkan integritas warga negara dengan para pemimpinnya. Semoga norma agama dalam seni menggerakkan rakyat dan mempersatukannya dalam bingkai kesejahteraan bersama.
Hakikat kepemimpinan dalam Islam yakni Tanggung Jawab, Bukan Keistimewaan. Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu forum atau institusi, maka ia harus bisa mempertanggungjawabkannya kepada insan dan Allah Swt. Karena kepemimpinan itu tanggung jawab atau amanah yang dihentikan disalahgunakan, maka pertanggungjawaban menjadi suatu kepastian, Rasulullah Saw bersabda: Setiap kau yakni pemimpin dan setiap kau akan dimintai pertanggungjawaban wacana kepemimpinan kau (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan banyak sekali akomodasi duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menawarkan pengorbanan, apalagi saat masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme. Pemimpin yakni pelayan bagi orang yang dipimpinnya, alasannya yakni itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapat kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum yakni pelayan mereka (HR. Abu Na’im).
Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak mempunyai perilaku terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menawarkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan.
Implementasi
Indonesia yakni negara yang menurut kepada keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sejatinya mengimplementasikan fatwa agama dalam setiap sendi kehidupan berbangsa. Dari dua agama yang diakui konstitusi, kita mendapat nilai-nilai dasar kepemimpinan, bila hal tersebut sanggup dimanifestasikan dengan tepat akan menghasilkan integritas warga negara dengan para pemimpinnya. Semoga norma agama dalam seni menggerakkan rakyat dan mempersatukannya dalam bingkai kesejahteraan bersama.
Advertisement